DiLLO Warung Cyber Net

ShoutMix chat widget

“SELAPUT DARAH PERAWAN”

Rabu, 21 Oktober 2009


“Keperawanan” itulah yang sering di sebut di kalangan masyarakat awam. Hal itu sangat begitu berarti apalagi bagi penganut budaya timur seperti Negara kita ini. Virginitas selalu jadi patokan penilaian laki-laki terhadap wanita, padahal itu tidak 100% menjamin baik buruknya seseorang.

Keberadan selaput dara yang utuh seringkali dijadikan bukti fisik dari keperawanan. Lebih jauh lagi, masyarakat di negara berkembang yang persepsi serta pengetahuan seksualnya rendah, keyakinan akan keperawanan ditandai dengan keluarnya darah pada saat malam pertama. Darah inilah yang dikenal dengan istilah "Darah Perawan".

Keperawanan yang sering di perbincangkan sekarang ini hanya sekedar robek tidaknya selaput dara. Pecahnya selaput darah dan tidak keluarnya bercak darah belum bisa dikatakan bahwa seorang wanita tidak perawan lagi, karena faktanya secara medis, robeknya selaput dara tidak harus diikuti dengan keluarnya bercak darah
Sebaliknya, keutuhan selaput dara pun tidak serta merta menunjukkan seorang wanita tak pernah melakukan hubungan seks. Faktanya, selaput dara tidak harus selalu robek setelah berhubungan intim. Hasil pengujian selaput dara pada 1.000 remaja putri yang pernah melakukan seks lewat vagina menunjukkan kebanyakan selaput tampak kacau, tidak menentu, dan mengumpul di bagian pinggir vagina. Jarang terjadi selaput dara terbelah secara komplet atau benar-benar sobek.
Keluarnya darah disaat berhubungan intim pertama kali itu relatif kuantitasnya karena tergantung dari bentuk selaput dara si wanita, dengan kata lain ada cewek yang ketika keperawananya di bobol mengeluarkan banyak darah dan ada cewek yang ketika di bobol hanya mengeluarkan sedikit darah, tergantung dari jenis selaput daranya. Jika kuantitas darah yang keluar sangat sedikit, mungkin saja tidak terlihat.

Berikut bentuk2 selaput dara wanita, coba di pahami agar tidak timbul salah pengertian :

. Berikut ini ada beberapa faktor yang menjadi penyebab tidak keluarnya darah pada saat malam pertama :


1. Terlalu rapuh. Bisa jadi selaput dara itu sudah robek sebelumnya karena terlalu rapuh. Beberapa jenis olahraga seperti berkuda, bela diri, bersepeda dan sebagainya bisa menjadi penyebab robeknya selaput darah. Apalagi kalau selaput darahnya termasuk jenis yang rapuh.
2. Kelewat elastis. Tidak adanya bercak darah di malam pertama mungkin saja disebabkan belum robeknya selaput darah karena sifatnya sangat elastis. Harap diketahui, membran ini sangat fleksibel. Pada beberapa kasus ditemukan bahwa elastisitas selaput darah memungkinkannya tidak robek pada waktu pertama kali berhubungan seksual. Bahkan ada yang baru koyak setelah wanita tersebut melahirkan!
3. Darahnya tidak banyak. Atau bisa saja sebenarnya keluar bercak darah, tapi karena sangat sedikit sehingga tidak mudah terlihat oleh mata. Banyak orang yang mengira kalau selaput darah robek akan keluar banyak darah. Padahal karena sedemikian tipisnya, selaput darah yang robek tidak selalu menyebabkan keluar darah dalam jumlah banyak.
4. Tidak punya selaput darah. Perkembangan teknologi memungkinkan dilakukannya penelitian tentang selaput darah secara mendalam. Hasilnya ternyata sangat mengejutkan karena dalam penelitian yang dilakukan para seksolog ditemukan beberapa perempuan yang sejak lahir memang tidak memiliki membran ini. Pada kasus ini keberadaan selaput darah tidak selalu membuktikan bahwa perempuan belum pernah melakukan hubungan seksual masih teruji kegadisannya.

Maka dari itu bagi kaum lelaki janganlah menilai kesucian seorang wanita hanya dengan patokan keluarnya darah pada malam pertama, itu sungguh tidak benar. Bahkan jika suatu pernikahan yang di landasi atas dasar saling mencintai otomatis mereka melakukan hubungan seksual dengan sepenuh hati dengan demikian selaput dara semakin elastis sehingga kemungkinan perdarahan pada malam pertama tidak terjadi. Jangan terlalu tipikal dan kuno dalam menyikapi hal seperti ini, cobalah berpikiran terbuka dan positif karena di era global seperti ini selaput dara bukanlah indicator utama dalam menentukan kesucian seseorang.

Dalam kasus ini saya ingin mengungkap sebuah kisah nyata yang terjadi di lingkungan sekitar saya tinggal, sepasang kekasih yang saling mencintai menikah dan di malam pengantin sang suami tidak melihat bercak darah setelah mereka berhubungan badan untuk pertama kalinya, tanpa berpikir panjang sang suami langsung menghajar istrinya sampai babak belur hingga harus di rawat di ICU, sang istri karena tidak merasa bersalah dia tidak tau apa sebenarnya alasan suaminya melakukan penganiayaan itu, sampai akhirnya sang suami mengungkapkan alasannya di depan semua keluarganya. Sampai akhirnya dokter yang merawat sang istri menjelaskan kepada suami tentang yang sebenarnya terjadi pada istrinya yang tidak mengeluarkan darah pada saat MP. Akhirnya sang suami mengerti dan dengan segala penyesalan dia segera mengunjungi sang istri di ICU namun penyesalan tidaklah berguna lagi karena sang istri sudah pergi untuk selamanya. Dia meninggal karena luka parah di kepalanya bekas benturan dinding rumah.

Hal ini hendaknya bisa di jadikan bahan pelajaran bagi masyarakt awam khususnya kaum adam yang selalu bertindak dengan otot bukan dengan otak.

Dengan dilema selaput dara sebagai lambang keperawanan maka banyak kaum hawa juga yang melakukan penyimpangan dengan melakukan operasi selaput dara (hymenoplasti) menjelang pernikahan untuk membuktikan bahwa dirinya masih virgin, meskipun mereka harus mengeluarkan biaya jutaan rupiah, itu tidak menjadi masalah bagi mereka lantaran ingin memuaskan sang suami dan ingin lebih di hargai oleh suami. Tidak heran, banyak wanita kemudian memilih operasi selaput dara. Dengan operasi hymenoplasti, kata Boyke, otot-otot keperawanan menjadi kembali seperti semula. Kencang dan bisa mengeluarkan darah layaknya hubungan seks pertama.
Boyke tidak menjelaskan secara detail berapa biaya yang harus dikeluarkan pasien untuk operasi selaput dara ini. Tapi menurut dia, besar kecilnya tarif tergantung kerusakan pada selaput dara. Untuk kerusakan ringan tarifnya sekitar Rp 3 juta, untuk yg parah sekitar 7 juta. Dijelaskan Boyke, operasi hymenoplasti tetap akan diminati selagi persepsi pria di Indonesia tidak berubah, yakni menginginkan calon istrinya masih perawan. Namun dia mengaku, para dokter yang menangani operasi selaput dara di Indonesia sepakat tidak mau melayani pasien yang tidak didampingi orangtua. Karena itu, kata Boyke, banyak wanita yang terjun dalam hubungan seks bebas memilih melakukan operasi di Singapura, sekalipun tarifnya jauh lebih mahal, yakni berkisar Rp 25 juta sampai Rp 30 juta.

Selain melakukan operasi, cara untuk bisa menjadi perawan lagi ternyata juga bisa dilakukan dengan cara menggunakan selaput dara palsu. Salah satu merek selaput dara palsu itu adalah Cigimo. Selaput dara palsu buatan China tersebut diyakini bisa membuat vagina wanita layaknya perawan dan bisa mengeluarkan cairan seperti darah perawan.






0 komentar:

Posting Komentar